Ketika mobil kami melaju sampai 50 km dari Lubuk Linggau, kami kembali mengisi bahan bakar bensin seharga Rp 100.000. Sesudahnya sopir saya minta izin untuk tidur karena tak tahan lagi dengan rasa kantuknya. Tapi saya terus mengambil alih kemudi. Saya yang akhirnya menyetir mobil sejak jam 9.15 malam ini. Saya terus yang jadi sopir hingga tiba di Singkut, terus lagi menuju Saro Langun pada malam itu. Lalu ketika melihat sopir yang masih kelelahan dan tidur, akhirnya saya terus menyetir hingga kota Bangko yang berjarak 70 sekian km dari Saro Langun. Ketika melewati kota Bangko, kulihat sopir saya masih tertidur, hingga akhirnya mobil terus saya jalankan hingga sampai di kota Muara Bungo Jambi dengan jarak 76 pula. Di perbatasan ini saya punya pengalaman baru. Ketika ada menyebar bau yang sangat menyegat ke hidung kami, sopir langsung terjaga dari tidurnya. Rupanya di daerah ini sangat banyak ditemui binatang telegu. Bau binatang ini lebih jelek dari bau kentut. Entah bagaimana bentuk binatangnya saya tidak tahu. Tapi yang jelas saya sudah tahu bau binatang telegu.
Dalam perjalanan ini, saya benar benar agak merasa takut. Kendaraan jarang berpapasan dengan kami. Kalaupun ada selalu berkonvoi. Sepertinya kami sedang berada di hutan rimba yang amat luas. Sopir tertidur, hanya saya yang terbangun di malam yang menegangkan itu. Sampai sampai rokokku kuisap dan bersambung tanpa henti. Saya sempat bernyanyi di kesunyian malam itu. Saya menyanyikan lagu Atiek Cb dan Roni Sianturi yang berjudul Love will lead you back, kemudian lagu Anggun C Sasmi, lagu When I Need You, hingga sopir saya terbangun karena hpnya berbunyi. Istri sayapun tiba tiba meneleponku. Dia bertanya apakah kami sudah lewat daerah rawan perampokan. Sebenarnya belum lewat, tapi saya takut bila dia kawatir dan tidak tidur. Kukatakan saja bahwa kami sudah berada di tempat aman. Padahal kami masih berada di tempat yang cukup rawan.
Begitulah hingga akhirnya tiba di Muara Bungo pada jam 12.10. Disinilah baru saya berhenti mengemudi. Kami singgah di sebuah kedai truck yang buka siang malam. Disinilah kami istirahat selama dua jam. Begitulah kisah kami hingga kini sudah berada di daerah aman.
Oleh penulis buku: 40 HARI DI TANAH SUCI (berisi pengalaman saat berhaji).
Bila anda ingin mendapatkan bukunya:
KLIK DISINI
Terima kasih.